Membacakan Dongeng Sebelum Tidur bukan sekadar kebiasaan pengantar tidur, melainkan sebuah tradisi yang sarat makna dan emosi. Cerita yang menyentuh hati mampu membangun kedekatan antara orang tua dan anak sekaligus menanamkan nilai-nilai kehidupan yang abadi. Melalui kisah sederhana, anak belajar memahami cinta, kesabaran, dan kebaikan dengan cara yang lembut dan bermakna.
Mengapa Kisah Dongeng yang Menyentuh Hati Begitu Penting untuk Anak
Di balik setiap dongeng yang diceritakan sebelum tidur, ada kekuatan psikologis yang tidak disadari banyak orang.
Cerita yang menyentuh hati membantu anak mengembangkan empati, rasa kasih sayang, dan kemampuan memahami perasaan orang lain.
Psikolog anak Maria Montessori menyebutkan cerita dengan sentuhan emosional memengaruhi perkembangan moral dan spiritual anak.
Mereka belajar bahwa dunia tidak hanya berisi kebaikan dan kebahagiaan, tetapi juga perjuangan, kehilangan, dan harapan.
Melalui cerita, anak belajar menghadapi emosi kompleks seperti sedih, takut, dan bahagia dalam ruang yang aman dan penuh kasih.
Selain itu, dongeng menyentuh hati membantu membentuk ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Nada lembut, pelukan hangat, dan kisah penuh makna menciptakan momen kedekatan yang tak tergantikan oleh teknologi atau hiburan digital.
Dongeng Mulai Tergeser oleh Hiburan Instan
Sayangnya, di era digital sekarang ini, kebiasaan mendongeng mulai jarang dilakukan.
Anak-anak lebih sering tertidur sambil menatap layar, bukan mendengarkan kisah penuh makna dari suara orang tuanya.
Padahal, hiburan visual sering menyajikan cerita yang cepat, dangkal, dan minim nilai emosional.
Akibatnya, anak kehilangan kesempatan untuk belajar dari keheningan dan kehangatan narasi lisan yang membentuk imajinasi dan empati mereka.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak yang jarang mendengarkan cerita cenderung memiliki kosakata lebih sedikit dan kesulitan memahami makna moral dalam kehidupan sosial.
Menghidupkan Kembali Tradisi Dongeng Sebelum Tidur
Mendongeng sebelum tidur bisa menjadi solusi yang sederhana namun berpengaruh besar untuk mengembalikan nilai-nilai emosional dalam keluarga.
Tidak diperlukan alat khusus — cukup waktu, perhatian, dan kehadiran orang tua.
Langkah-langkah berikut bisa membantu menghidupkan kembali tradisi mendongeng dengan cara yang bermakna:
-
Luangkan waktu 10–15 menit setiap malam.
Waktu singkat ini cukup untuk membangun rutinitas positif sebelum tidur. -
Pilih cerita yang sesuai usia dan kepribadian anak.
Anak usia dini cenderung menyukai kisah sederhana dengan tokoh hewan, sementara anak yang lebih besar bisa memahami cerita dengan pesan moral yang lebih kompleks. -
Gunakan ekspresi dan suara yang bervariasi.
Perubahan nada membantu anak memahami suasana hati tokoh dan menambah keintiman dalam cerita. -
Libatkan anak secara aktif.
Ajak mereka menebak alur cerita atau menyampaikan perasaan mereka terhadap tokoh tertentu. -
Refleksikan nilai cerita setelah selesai.
Misalnya, tanyakan: “Menurut kamu, kenapa Kancil akhirnya menolong Buaya?”
Dengan pendekatan seperti ini, dongeng tidak hanya menjadi hiburan, tapi juga alat pendidikan emosional yang menyenangkan.
Dampak Jangka Panjang dari Kisah yang Menyentuh Hati
Dongeng menyentuh hati bukan hanya membentuk karakter, tetapi juga menciptakan memori emosional positif.
Anak akan selalu mengingat suara orang tua, cerita favorit mereka, dan perasaan aman yang muncul setiap kali mendengarnya.
Memori inilah yang kelak akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang penuh kasih, mudah berempati, dan menghargai hubungan dengan orang lain.
Dengan kata lain, setiap kisah sebelum tidur bukan sekadar cerita — tetapi benih kecil yang akan tumbuh menjadi kepribadian yang lembut dan bijaksana.
Melalui kisah dongeng sebelum tidur yang menyentuh hati, orang tua bukan hanya menidurkan anak, tetapi juga membangunkan sisi terbaik dalam diri mereka.
Satu cerita setiap malam dapat menjadi pelajaran seumur hidup tentang cinta, kebaikan, dan kemanusiaan seperti penjelasan engineeringup.ac.id.





